Istilah kerennya adalah consule
Mixer, yaitu sebuah alat yang mengumpulkan semua sinyal baik dari mic,
sinyal line (berupa sinyal dari tape/CD, atau dari instrumen), semua
efek (berupa echo, reverb, delay), kemudian “dicampur” secara otomatis
oleh alat ini menjadi satu sinyal yang utuh dan kemudian didistribusikan
ke power amplifier yang akan diolah sedemikian sehingga akhirnya sinyal
ini diubah wujudnya menjadi suara yang dikeluarkan oleh speaker yang
terpasang.
Alat ini juga memiliki kemampuan untuk mengubah level dari sinyal
tersebut, seperti dari sinyal yang keras menjadi lebih pelan dan
demikian sebaliknya sehingga sinyal-sinyal ini “tertata” dengan baik dan
terdengar dengan nyaman. Kemampuan ini tidak bersifat otomatis secara
mesin, tapi tergantung dari kemampuan sang pengatur suara, yang dalam
hal ini sering disebut engineer atau sound engineer.
Seperti yang telah disebutkan di paragraf kedua, jumlah channel yang
tersedia pada sebuah mixer bervariasi. Mulai dari yang sederhana
sebanyak 6 atau 8 channel bahkan sampai ratusan channel sekaligus. Dari
beberapa klasifikasi tersebut dapat disimpulkan menjadi 2 jenis mixer,
yaitu analog mixer yang biasanya terdiri dari maksimum 52 channel dan
digital mixer yang memiliki jumlah channel yang dapat dikatakan “tidak
terbatas”. Untuk spesifikasi detil dari kedua jenis mixer ini dapat
dilihat dari beberapa merek yang telah beredar di pasaran umum.
Bagian-bagian dari sebuah mixer analog secara umum adalah:
1. Mono Input Section
Bagian-bagian dari mono input ini terdiri dari:
Mic Input, atau sering juga disebut XLR input atau cannon jack input.
Bagian ini digunakan untuk mic atau alat-alat yang menggunakan jack yang
memiliki tiga buah “kaki” atau yang yang sering disebut cannon jack.
Biasanya masing-masing “kaki” terdapat nomor 1, 2, dan 3. Kaki-kaki ini
dimaksudkan untuk penempatan posisi sinyal positif, negatif dan ground
(tipikal yang sering digunakan adalah kaki 1 – ground, kaki 2 – positif,
dan kaki 3 – negatif).
Catatan: posisi di atas tidak selalu menjadi patokan, tergantung dari
peralatan yang dipakai. Harap selalu memperhatikan buku manual dari
peralatan yang dipakai.
Line In, yang biasanya digunakan untuk menancapkan peralatan yang
menggunakan line level jack (istilah umum yang sering beredar adalah
input jack gitar). Peralatan yang sering menggunakan bagian ini seperti
keyboard, tape, CD player, effect processing unit (reverb, echo, dll),
kadang-kadang bass atau gitar juga memakai bagian ini.
Insert Point. Pada beberapa mixer yang lebih kompleks maka terdapat 2
bagian yaitu insert send dan insert return, tetapi pada mixer yang
sederhana maka bagian ini hanya ada satu saja yaitu insert I/O
(kepanjangan dari insert input/output). Bagian ini digunakan untuk
menghubungkan sinyal prosesor eksternal seperti EQ,
compressor/limiter/gate. Tujuan dari bagian ini adalah membuat
seakan-akan sinyal prosesor eksternal menjadi satu kesatuan dengan
mixer.
Catatan: Perhatikan cara penyolderan!!! Untuk mixer yang memiliki
insert point terpisah maka penyolderan dilakukan sama persis dengan cara
penyolderan cannon jack. Dalam hal ini: posisi tip – sinyal positif,
ring – sinyal negative, sleeve – sinyal ground, apabila hanya terdapat
satu insert point I/O, maka posisi tip – sinyal send, ring – sinyal
return, sleeve – sinyal ground.
Direct Out (Dir). Bagian ini sering digunakan untuk mengirim sinyal
audio secara langsung untuk direkam pada multitrack recording tape.
Gain, yang juga disebut input level atau trim, yang berfungsi untuk
menentukan sensitifitas dari input sebuah sinyal yang masuk, baik itu
berupa sinyal mic atau sinyal line (dari keyboard, tape, CD player, atau
alat musik yang lain). Bagian ini hanya mengatur tingkat
kesensitifitasan dari channel tersebut bukan besarnya volume sinyal.
Catatan: Apabila sinyal yang masuk masih terlalu kecil (volume sudah
dimaksimalkan, demikian juga dengan gainnya) maka yang perlu diperiksa
adalah kondisi dari kabel tersebut dan kondisi penyolderan dari
kabelnya, terbalik atau putus atau malah tidak tersolder sama sekali.
HPF (High Pass Filter). Bagian ini digunakan untuk memotong frekuensi
rendah yang terlalu berlebihan atau peralatan yang mengakibatkan
humming. Bagian ini sangat efektif digunakan pada situasi live, untuk
mengurangi “popping” pada mic, atau memotong frekuensi rendah yang
sering kali dijumpai pada jenis suara laki-laki. Pada beberapa mixer
yang lebih kompleks, terdapat knob variabel frekuensi yang akan dipotong
(misal: 50 Hz atau 80 Hz atau 250 Hz dan seterusnya), sedangkan pada
mixer yang lebih sederhana hanya terdapat knob, seperti knob on/off,
yang biasanya tercantum frekuensi 100 Hz atau sering disebut dengan
fixed HPF.
EQ section. Bagian ini sering dipakai untuk mengatur kualitas suara yang
diinginkan. Pada prinsipnya bagian ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu
low, mid, dan high. Tipe ini sering dijumpai pada mixer yang sederhana
bahkan ada yang hanya terdapat 2 bagian saja yaitu low dan high, tetapi
pada mixer yang lebih kompleks maka sering dijumpai penambahan seperti Q
dan frekuensi yang ingin di-cut atau di-boost.
Aux section. Ada 2 fungsi utama dari bagian ini, yaitu sebagai
pengontrol monitor speaker yang terdapat di panggung utama dan atau pada
masing-masing pemain band, dan sebagai pengontrol eksternal efek
(reverb, echo, dll).
Pan (Panoramic Control). Bagian ini sering kali digunakan untuk
menentukan posisi sinyal suara (kanan atau kiri) atau dipergunakan untuk
menentukan channel tertentu masuk dalam sub grup tertentu (misal:
channel 1 masuk dalam sub grup 1, channel 2 masuk dalam sub grup 2,
dsb.)
Solo atau PFL. Bagian ini sering digunakan para engineer untuk
mendengarkan sinyal suara secara individual melalui headphone. PFL
adalah singkatan dari Pre Fade Listening yang berarti kita dapat
mendengarkan suara tanpa terpengaruh oleh fader channel (before the
fader), atau dengan bahasa sederhana kita dapat mendengarkan suara tanpa
terpengaruh oleh besar kecilnya posisi fader.
Mute/On-Off switch. Bagian ini digunakan untuk mematikan atau menyalakan fungsi dari masing-masing channel.
Channel fader. Bagian ini menentukan besar kecilnya sinyal suara yang akan dikeluarkan melalui channel yang dimaksud.
+48V Phantom. Bagian ini digunakan bila digunakan mic condenser atau DI
box yang memerlukan power sehingga alat-alat ini bisa berfungsi dengan
baik.
Perhatikan!!! Pada tipe mixer tertentu, tidak dijumpai adanya bagian
ini pada masing-masing channel. Yang ada adalah knob +48V Phantom
master. Perhatikan juga jenis kabel yang akan tersambung!! Bila semua
kabel berada pada posisi balanced maka tidak perlu dikhawatirkan akan
terjadi sesuatu, tetapi bila tidak maka jangan sekali-kali menekan knob
ini.
2. Stereo Input Section
Sebagian besar bagian yang terdapat pada bagian ini hampir sama dengan
bagian mono input kecuali pada bagian belakang mixer. Bila pada bagian
mono input, pada bagian belakang mixer hanya terdapat satu channel input
saja, tapi pada bagian stereo input terdapat dua channel input (berupa
cannon jack atau phono jack atau RCA jack).
3. Master Section
Pada bagian ini terdapat:
Aux Master, yang merupakan master volume dari aux pada masing-masing channel
Aux Return. Bagian ini memiliki kesamaan prinsip kerja seperti pada bagian Stereo Input Section
Master Volume Section
Sub Group Section/DCA/VCA Group. Bagian ini merupakan master group dari
masing-masing channel yang telah dikelompokkan sedemikian rupa. Biasanya
dipakai untuk memudahkan pengoperasian mixer, misal sub grup drum yang
terdiri dari beberapa channel mic yang dipakai untuk drum.
Februari 22, 2012
Audio Mixer
Posted by Shinootaiyou.blogspot.com on 15.16
0 komentar:
Posting Komentar